Langsung ke konten utama

FUN TREKKING DALAM KONSEP INITIATIVE ACTIVITIES

Kita melangkah bersama, bukan untuk mencapai puncak,
tapi untuk menemukan makna di setiap jejak.” 

Bayangkan...

Kita semua memulai perjalanan ini dari titik yang sama — dengan tongkat mendaki yang membantu dalam perjalanan serat air mineral dan makan kecil sebagai sumber energi beberaoa jam ke depan, langkah pertama yang mantap, dan hati yang penuh semangat.

Pagi itu, udara masih dingin. Daun-daun di sekitar basah oleh embun. Kita melangkah dengan tawa, dengan semangat, dengan harapan untuk sampai di tempat tujan.

Tapi seiring langkah bertambah, jalan mulai menanjak, napas mulai berat, dan suara tawa pelan-pelan berubah menjadi diam.

Di tengah perjalanan, kita mulai merasakan beratnya langkah.
Ada yang lelah, ada yang tertinggal, ada yang ingin berhenti.
Ada yang mulai kesal, dan ada yang mencoba tetap tersenyum meski hatinya ingin menyerah.
Di sinilah perjalanan sebenarnya dimulai — bukan di kaki gunung, bukan di puncak, tapi di momen ketika kita mulai melawan diri sendiri.

Lalu…
Ada seseorang yang tiba-tiba menoleh ke belakang, mengulurkan tangan.
Ada yang berkata pelan, “Ayo, bareng-bareng.”
Langkah-langkah kecil itu kembali bergerak, bukan karena tenaga, tapi karena dukungan.
Karena kita mulai sadar: perjalanan ini bukan tentang “aku”, tapi tentang “kita”.

Hujan turun.
Kabut menutupi pandangan.
Kita tidak lagi melihat pohon pohon pinus, hanya jalan setapak yang basah dan licin.
Namun kita terus berjalan, karena kita percaya — setiap langkah, sekecil apa pun, tetap berarti.

Dan tanpa sadar, kita sampai di titik tertinggi hari itu.
Bukan karena kekuatan otot, tapi karena kekuatan kebersamaan dan keteguhan hati.

Dari atas sana, kita menatap ke bawah.
Melihat jalur panjang yang telah kita lalui:
tanjakan yang curam, tawa di persimpangan, diam di tengah kabut, tangan yang saling menolong.

Dan mungkin, di sanalah kita menyadari sesuatu —
bahwa perjalanan ini bukan tentang mencapai puncak, tapi tentang siapa kita menjadi selama menuju ke sana.

Kadang, hidup pun seperti perjalanan tadi.
Ada lelah, ada ragu, ada perbedaan langkah.
Tapi yang membuat kita sampai bukan karena kita paling cepat,
melainkan karena kita tidak berjalan sendiri.

Gunung itu akan tetap berdiri di sana.
Jalan itu akan tetap sama.
Yang berubah... adalah kita.
Cara kita memandang, cara kita bersyukur, dan cara kita menghargai perjalanan.

Jadi siang ini, sebelum kita beristirahat,
cobalah renungkan sebentar:

Di mana aku sempat ingin berhenti?
Siapa yang membantuku bangkit?
Apa yang aku pelajari tentang diriku sendiri hari ini?

Karena mungkin, pelajaran terpenting bukan tentang seberapa tinggi gunung yang kita daki,
tetapi seberapa dalam kita memaknai setiap langkahnya.

“Kita melangkah bersama, bukan untuk mencapai puncak,

tapi untuk menemukan makna di setiap jejak.” 


Lalu

Trekking bukan sekadar aktivitas berjalan di alam terbuka, tetapi bisa di buat sebuah program pembasis petualangan  (adventure-based learning experience) yang dirancang untuk peningkatan kapasitas manusia dalam  mengembangkan potensi diri, kerja sama tim, dan kesadaran lingkungan.Dalam pendekatan pendekatan Initiative Activities dan Adventure-Based Learning (ABL), trekking diposisikan sebagai media pembelajaran pengalaman langsung (experiential learning tool) yang menggabungkan unsur fisik, emosional, sosial, dan reflektif. Dengan banyak landasan teori sebagai panduan dalam proses pembelajarannya di antaranya : 

Experiential Learning (Kolb, 1984)

Trekking mengajak peserta untuk belajar melalui siklus pengalaman langsung:

  1. Concrete Experience – mengalami langsung perjalanan menantang di alam.

  2. Reflective Observation – merefleksikan pengalaman yang terjadi selama perjalanan.

  3. Abstract Conceptualization – menarik makna dan pelajaran dari pengalaman (misalnya pentingnya kolaborasi, komunikasi, dan strategi).

  4. Active Experimentation – menerapkan pelajaran tersebut dalam konteks kerja atau kehidupan nyata.

Adventure-Based Counseling (Gass, Gillis & Priest, 2020)

Menurut teori ini, kegiatan petualangan seperti trekking memiliki tiga komponen utama:

  • Risk (tantangan yang terukur) – fisik maupun psikologis.

  • Support (dukungan tim dan fasilitator) – menciptakan rasa aman.

  • Reflection (proses makna) – menjadikan pengalaman sebagai sarana pertumbuhan personal dan sosial.

The Full Value Contract (Project Adventure)

Selama trekking, peserta diajak membuat kesepakatan untuk:

  • Menghargai diri sendiri (self-respect)

  • Menghargai orang lain (respect others)

  • Menghargai proses (value the learning journey)

Trekking sebagai Initiative Activity

Trekking dikategorikan sebagai initiative activity bila dirancang dengan tujuan pembelajaran sosial dan kepemimpinan, bukan sekadar olahraga atau wisata.
Ciri-cirinya:

  • Ada tujuan pembelajaran eksplisit (leadership, teamwork, problem solving).

  • Melibatkan pengambilan keputusan kelompok (rute, peran, logistik).

  • Mengandung unsur tantangan dan kerja sama.

  • Diakhiri dengan debriefing/refleksi.

Tahapan Pembelajaran dalam Trekking ABL

Tahap Deskripsi Fokus Pembelajaran
Persiapan (Briefing) Fasilitator menjelaskan tujuan, aturan, dan pembagian peran. Kesadaran akan peran dan tanggung jawab.
Aktivitas (On Trek) Peserta berjalan dalam kelompok, menghadapi tantangan medan dan cuaca. Komunikasi, koordinasi, kepemimpinan, daya juang.
Kolaborasi (Decision & Support) Kelompok membuat keputusan bersama (rute, istirahat, penanganan kendala). Problem solving dan solidaritas tim.
Refleksi (Debriefing) Diskusi tentang apa yang terjadi, perasaan, dan pelajaran yang didapat. Transfer nilai ke konteks kerja/kehidupan.

Nilai dan Kompetensi yang Dikembangkan


Leadership Melatih kemampuan memimpin dan mengambil keputusan dalam situasi nyata.
Teamwork Menumbuhkan rasa saling percaya dan koordinasi antaranggota.
Problem Solving Menghadapi hambatan nyata dan mencari solusi bersama.
Resilience Membangun ketahanan mental menghadapi kelelahan dan ketidakpastian.
Environmental Awareness Menumbuhkan kepedulian terhadap kelestarian alam.

Peran Fasilitator

Dalam Adventure-Based Learning, fasilitator bukan “instruktur” tetapi pemandu proses belajar:

  • Merancang tantangan dengan tingkat kesulitan yang tepat (appropriate challenge).

  • Mengamati dinamika kelompok selama trekking.

  • Memfasilitasi refleksi dan meaning making setelah kegiatan.

 Contoh Format Refleksi

Pertanyaan Debriefing:

  1. Apa tantangan paling berat selama perjalanan?

  2. Bagaimana kelompok mengatasinya?

  3. Siapa yang berperan penting, dan bagaimana dukungan tim terlihat?

  4. Apa nilai yang bisa diterapkan di tempat kerja?

#Kangchupsways

Trekking dalam kerangka Initiative Activities dan Adventure-Based Learning bukan sekadar perjalanan alam, tetapi sebuah proses pembelajaran transformatif yang memadukan fisik, emosional, sosial, dan reflektif,Ia menumbuhkan kesadaran diri, kekuatan kolektif, dan tanggung jawab sosial, sehingga menjadi media efektif dalam program team building, leadership training, maupun character development.


---Salam refleksi,

Kangchups
(Experiential Educator & Pembelajar Sepanjang Hayat)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membangun Karakter dengan Metode Experiential Learning dalam Pendidikan Non-Formal

Membangun Karakter dengan Metode Experiential Learning dalam Pendidikan Non-Formal Pendidikan non-formal memiliki peran penting dalam membentuk karakter individu, terutama karena sifatnya yang fleksibel, kontekstual, dan berbasis kebutuhan peserta didik. Salah satu pendekatan efektif adalah Experiential Learning , yaitu pembelajaran melalui pengalaman nyata yang mendorong peserta aktif berpikir, merasakan, dan bertindak. Metode ini sangat relevan dalam konteks pendidikan non-formal seperti pelatihan kepemudaan, organisasi kepanduan, kursus keterampilan, hingga program pengembangan karakter taruna, karena mampu membangun nilai-nilai seperti disiplin, kerja sama, kepemimpinan, integritas, dan tanggung jawab. Experiential Learning Sebagai Metode Pembalajaran Experiential Learning diperkenalkan oleh David A. Kolb (1984) melalui Experiential Learning Theory (ELT) . Menurutnya, pembelajaran adalah proses di mana pengetahuan diciptakan melalui transformasi pengalaman. Kolb menggambarka...

PRINSIP DASAR DAN PERAN FASILITATOR KEGIATAN INISIATIF

PRINSIP DAN PERAN FASILITATOR KEGIATAN INISIATIF “ It’s not what you play is important, but it’s how you play it “. Bukan apa yang akan  anda mainkan itu penting,tapi bagaimana anda memainkannya itu lebih penting PRINSIP DASAR Fasilitator membawa peserta keluar dari kerangka pemikiran lama, mencoba hal hal baru dan berbeda. Fasilitator menggunakan cara cara pendekatan yang berbeda, walau secara teoritis dan ketrampilan fasilitator adalah  sama. Karena Fasilitator Kegiatan Inisiatif adalah fasilitator yang tidak menyiapkan semua jawaban,peserta belajar dengan dirinya sendiri dengan sesama peserta serta dengan lingkungan dimana merekaberaktifitas dan dalam kegiatan inisiatif selalu berisi kegiatan kegiatan reaksi spontanitas dan tidak terprediksi  its FUN LEARNING “ Jangan coba puaskan mereka dengan pikiran pikiran bagus tapi cukup saja dengan memancing mereka untuk berpikir kreatif ” . Anatole France Seorang fasilitator kegiatan inisiatif selalu membuka hati dan...

KOMPETENSI DASAR FASILITASI

KOMPETENSI DASAR FASILITASI Menurut Asosiasi Fasilitator Internasional (IAF)  yang di dirikan pada tahun 1993 ada 6 kompetensi atau kecakapan dasar yang perlu di kuasai seorang Fasilitator,Mereka sebut sebagai 6 kompetensi INTI Aadalah   (1) Menciptakan hubungan klien kolaboratif (2) Merencanakan proses kelompok yang sesuai; (3) Menciptakan dan mempertahankan lingkungan partisipatif; (4) Panduan kelompok untuk hasil yang tepat dan berguna; 5) Membangun dan memelihara pengetahuan profesional; (6) Model sikap profesional yang positif.  #community based development Facilitating) Menurut AELI Asosiasi Experiential Learning Indonesia sebuah asosiasi yang bergerak dalam dunia memfasilitasi kegiatan yang yang berbasis EXPERIENTIAL LEARNING/EDUCATION ada 9 kompetensi yang harus di kuasi seorang Fasilitator Experiential Learning : Merencanakan Program Kegiatan Recreasi Merencanakan Program Kegiatan Edukasi/Pembelajaran Mengatur Sumber Daya untuk Program Melaksanaka...