
Tapi seiring langkah bertambah, jalan mulai menanjak, napas mulai berat, dan suara tawa pelan-pelan berubah menjadi diam.
Di mana aku sempat ingin berhenti?Siapa yang membantuku bangkit?Apa yang aku pelajari tentang diriku sendiri hari ini?
“Kita melangkah bersama, bukan untuk mencapai puncak,
tapi untuk menemukan makna di setiap jejak.”
Lalu
Trekking bukan sekadar aktivitas berjalan di alam terbuka, tetapi bisa di buat sebuah program pembasis petualangan (adventure-based learning experience) yang dirancang untuk peningkatan kapasitas manusia dalam mengembangkan potensi diri, kerja sama tim, dan kesadaran lingkungan.Dalam pendekatan pendekatan Initiative Activities dan Adventure-Based Learning (ABL), trekking diposisikan sebagai media pembelajaran pengalaman langsung (experiential learning tool) yang menggabungkan unsur fisik, emosional, sosial, dan reflektif. Dengan banyak landasan teori sebagai panduan dalam proses pembelajarannya di antaranya :
Experiential Learning (Kolb, 1984)
Trekking mengajak peserta untuk belajar melalui siklus pengalaman langsung:
-
Concrete Experience – mengalami langsung perjalanan menantang di alam.
-
Reflective Observation – merefleksikan pengalaman yang terjadi selama perjalanan.
-
Abstract Conceptualization – menarik makna dan pelajaran dari pengalaman (misalnya pentingnya kolaborasi, komunikasi, dan strategi).
-
Active Experimentation – menerapkan pelajaran tersebut dalam konteks kerja atau kehidupan nyata.
Adventure-Based Counseling (Gass, Gillis & Priest, 2020)
Menurut teori ini, kegiatan petualangan seperti trekking memiliki tiga komponen utama:
-
Risk (tantangan yang terukur) – fisik maupun psikologis.
-
Support (dukungan tim dan fasilitator) – menciptakan rasa aman.
-
Reflection (proses makna) – menjadikan pengalaman sebagai sarana pertumbuhan personal dan sosial.
The Full Value Contract (Project Adventure)
Selama trekking, peserta diajak membuat kesepakatan untuk:
-
Menghargai diri sendiri (self-respect)
-
Menghargai orang lain (respect others)
-
Menghargai proses (value the learning journey)
Trekking sebagai Initiative Activity
-
Ada tujuan pembelajaran eksplisit (leadership, teamwork, problem solving).
-
Melibatkan pengambilan keputusan kelompok (rute, peran, logistik).
-
Mengandung unsur tantangan dan kerja sama.
-
Diakhiri dengan debriefing/refleksi.
Tahapan Pembelajaran dalam Trekking ABL
| Tahap | Deskripsi | Fokus Pembelajaran |
|---|---|---|
| Persiapan (Briefing) | Fasilitator menjelaskan tujuan, aturan, dan pembagian peran. | Kesadaran akan peran dan tanggung jawab. |
| Aktivitas (On Trek) | Peserta berjalan dalam kelompok, menghadapi tantangan medan dan cuaca. | Komunikasi, koordinasi, kepemimpinan, daya juang. |
| Kolaborasi (Decision & Support) | Kelompok membuat keputusan bersama (rute, istirahat, penanganan kendala). | Problem solving dan solidaritas tim. |
| Refleksi (Debriefing) | Diskusi tentang apa yang terjadi, perasaan, dan pelajaran yang didapat. | Transfer nilai ke konteks kerja/kehidupan. |
Nilai dan Kompetensi yang Dikembangkan
| Leadership | Melatih kemampuan memimpin dan mengambil keputusan dalam situasi nyata. |
| Teamwork | Menumbuhkan rasa saling percaya dan koordinasi antaranggota. |
| Problem Solving | Menghadapi hambatan nyata dan mencari solusi bersama. |
| Resilience | Membangun ketahanan mental menghadapi kelelahan dan ketidakpastian. |
| Environmental Awareness | Menumbuhkan kepedulian terhadap kelestarian alam. |
Peran Fasilitator
Dalam Adventure-Based Learning, fasilitator bukan “instruktur” tetapi pemandu proses belajar:
-
Merancang tantangan dengan tingkat kesulitan yang tepat (appropriate challenge).
-
Mengamati dinamika kelompok selama trekking.
-
Memfasilitasi refleksi dan meaning making setelah kegiatan.
Contoh Format Refleksi
Pertanyaan Debriefing:
-
Apa tantangan paling berat selama perjalanan?
-
Bagaimana kelompok mengatasinya?
-
Siapa yang berperan penting, dan bagaimana dukungan tim terlihat?
-
Apa nilai yang bisa diterapkan di tempat kerja?
Trekking dalam kerangka Initiative Activities dan Adventure-Based Learning bukan sekadar perjalanan alam, tetapi sebuah proses pembelajaran transformatif yang memadukan fisik, emosional, sosial, dan reflektif,Ia menumbuhkan kesadaran diri, kekuatan kolektif, dan tanggung jawab sosial, sehingga menjadi media efektif dalam program team building, leadership training, maupun character development.
---Salam refleksi,
Kangchups
(Experiential Educator & Pembelajar Sepanjang Hayat)
Komentar