Pendahulaun 2
OTORISASI FASILITASI
Seorang fasilitator tentunya membutuhkan suatu wewenang atau otoritas dalam menjalankan proses fasilitasinya agar tidak menimbulkan kebingunan dalam melakukan proses fasilitasi.Suatu konsep dasar otoritas seoarang fasilitator menurut Heron dalam bukunya Heron, J. The Complete Facilitator's Handbook,(1999) Kogan Page ISBN 0-7494-2798-1
membagi 3 alternatif otoritas fasilitator dalam kontek fasilitasi pendidikan
Otoritas Tutelary - Berdasarkan kompetensi dan keterampilan/Fasilitator
Otoritas politik - melibatkan pelaksanaan pengambilan keputusaaan pendidikan berkenaan dengan tujuan,program,metode,sumber daya dan penilaain pembelajaran (ini terwujud terutama dalam dimensi perencanaan)
3.Otoritas Karismatik - dipengaruhi oleh kehadiran, gaya dan cara. (Ini bermanifestasi terutama melalui perasaan, konfrontasi dan penilaian dimensi). Namun sangat mungkin untuk menarik dari sini persyaratan bagi fasilitator untuk mengetahui bagaimana operasi mereka di lingkungan mana pun.
Fasilitator memerlukan wewenang untuk memfasilitasi sebuah kelompok,memimpin rapat, atau melayani mediator atau moderator atau fungsi arbiter, misalnya dalam mengelola tumpukan progresif di mana beberapa pembicara lebih disukai daripada yang lain karena mereka lebih terpengaruh oleh sebuah keputusan atau umumnya memiliki suara yang kurang.
Masalah yang kontroversial misalnya dalam gerakan Menempati. Sengketa mengenai pelaksanaan fungsi otoritas yang kontroversial mungkin memerlukan referensi ke semua keterampilan yang ada dan meminta penghormatan terhadap beberapa jenis wewenang. Misalnya, dalam contoh tumpukan progresif, fasilitator harus mengacu pada kebutuhan politik untuk mewakili korban atau orang yang tidak bersuami, namun harus melakukannya dengan suara yang paling karismatik dan meyakinkan, untuk menghindari serangan balik terhadap korban atau orang yang tidak bersuara. Mereka juga memerlukan keterampilan untuk memastikan mendengar secara efisien jumlah orang yang maksimal, sehingga pertarungan dengan airtime diminimalkan.
Dalam konteks pengambilan keputusan konsensus lainnya, fasilitator perlu membedakan antara tingkat urgensi situasi untuk menetapkan persetujuan ambang batas yang dibutuhkan, dan sekali lagi ini mungkin memerlukan referensi pada konteks politik, dan kemampuan kelompok untuk meyakinkan orang lain (secara karismatik) bahwa keputusan tersebut "adil".
Heron, J. The Complete Facilitator's Handbook,(1999) Kogan Page ISBN 0-7494-2798-1
Hernawan Iskandar.ST,ELP
OTORISASI FASILITASI
Seorang fasilitator tentunya membutuhkan suatu wewenang atau otoritas dalam menjalankan proses fasilitasinya agar tidak menimbulkan kebingunan dalam melakukan proses fasilitasi.Suatu konsep dasar otoritas seoarang fasilitator menurut Heron dalam bukunya Heron, J. The Complete Facilitator's Handbook,(1999) Kogan Page ISBN 0-7494-2798-1
membagi 3 alternatif otoritas fasilitator dalam kontek fasilitasi pendidikan
Otoritas Tutelary - Berdasarkan kompetensi dan keterampilan/Fasilitator
Otoritas politik - melibatkan pelaksanaan pengambilan keputusaaan pendidikan berkenaan dengan tujuan,program,metode,sumber daya dan penilaain pembelajaran (ini terwujud terutama dalam dimensi perencanaan)
3.Otoritas Karismatik - dipengaruhi oleh kehadiran, gaya dan cara. (Ini bermanifestasi terutama melalui perasaan, konfrontasi dan penilaian dimensi). Namun sangat mungkin untuk menarik dari sini persyaratan bagi fasilitator untuk mengetahui bagaimana operasi mereka di lingkungan mana pun.
Fasilitator memerlukan wewenang untuk memfasilitasi sebuah kelompok,memimpin rapat, atau melayani mediator atau moderator atau fungsi arbiter, misalnya dalam mengelola tumpukan progresif di mana beberapa pembicara lebih disukai daripada yang lain karena mereka lebih terpengaruh oleh sebuah keputusan atau umumnya memiliki suara yang kurang.
Masalah yang kontroversial misalnya dalam gerakan Menempati. Sengketa mengenai pelaksanaan fungsi otoritas yang kontroversial mungkin memerlukan referensi ke semua keterampilan yang ada dan meminta penghormatan terhadap beberapa jenis wewenang. Misalnya, dalam contoh tumpukan progresif, fasilitator harus mengacu pada kebutuhan politik untuk mewakili korban atau orang yang tidak bersuami, namun harus melakukannya dengan suara yang paling karismatik dan meyakinkan, untuk menghindari serangan balik terhadap korban atau orang yang tidak bersuara. Mereka juga memerlukan keterampilan untuk memastikan mendengar secara efisien jumlah orang yang maksimal, sehingga pertarungan dengan airtime diminimalkan.
Dalam konteks pengambilan keputusan konsensus lainnya, fasilitator perlu membedakan antara tingkat urgensi situasi untuk menetapkan persetujuan ambang batas yang dibutuhkan, dan sekali lagi ini mungkin memerlukan referensi pada konteks politik, dan kemampuan kelompok untuk meyakinkan orang lain (secara karismatik) bahwa keputusan tersebut "adil".
Heron, J. The Complete Facilitator's Handbook,(1999) Kogan Page ISBN 0-7494-2798-1
Hernawan Iskandar.ST,ELP
Komentar